Skip to main content

Setahun Kemarin

Di ujung jalan itu setahun kemarin
Kuteringat kumenunggumu
Bidadari belahan jiwaku
Entah berapa lama
Satu jam menanti, kutermenung
Kencan pertama hilang tak bertepi di anganku

Sayang, walau bulan tak bercahaya
Cintaku selalu dalam jiwa
Di lubuk hati terdalam
Sayang, jika memang kau sungguh sayang
Diriku takkan berpaling lagi
Kupeluk selamanya

(Kahitna)
--

Wkwk. Jalan itu tak lagi sama, lho. Eh, secara fisik mah sebenarnya masih sama tak ada perubahan hanya rasanya aja yang berbeda. Serasa ada yang hilang gitu. (Oops! Lebay detected) Oke, ini sama lebaynya dengan orang-orang yang berkata, "Aku tak bisa hidup tanpa kamu." Well helloooo, sebelum kamu datang juga aku hidup sehat sentosa, kan? Itu betul, tetapi si dia telanjur melangkahkan kakinya ke hidupku. Telanjur menyemarakkan hidupku dengan kembang api warna-warni. Telanjur mewarnai kanvas hidupku dengan kuas cinta. Hahaha kapan kamu berhenti hiperbola, Nad? (geleng-geleng kepala) Karena segala ketelanjuran itu, tatkala ia menghilang tentu saja ada yang hampa, dong? Iya nggak, iya dong, iya deh ya? That's why semuanya tak lagi sama. Fufufu. Etapi walaupun sikonnya tak lagi persis sama, cintaku selalu dalam jiwa seperti kata Mas-mas Kahitna. Hahaha sumpah mau ngakak pas nulis ini. Cheesy banget! Ini tulisan maksa banget, deh, mentang-mentang lagi cinta dengan "Setahun Kemarin"-nya Kahitna. Kalian mesti dengerin lagunya karena musiknya asyik! Seriously. (^-^*)

Sayang, jika memang kau sungguh sayang
Diriku takkan berpaling lagi --> setelah dipinang dan dinikahi, tentunya. Hahaha ngapain sesetia itu sama sosok yang bukan belahan jiwa. Azegg. (Canda, sik. Lagi musingin skripswit)

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaa

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.