Skip to main content

Bookriot's 2017 Read Harder Challenge!

sumber gambar

Halo!
Beberapa hari ini aku sedang keranjingan Goodreads dan berpartisipasi dalam tantangan baca tahun 2017. Aku memasang target enam puluh buku. Cukup berani, sebetulnya, mengingat banyak hal yang harus kukerjakan tahun ini. Akan tetapi, jika sudah berniat, aku yakin bisa tercapai asal berusaha. So that's that, sixty books this year. Sehubungan dengan tantangan itu, aku tadi membaca pendapat yang kontra terhadap tantangan semacam ini. Salah satu artikel yang kubaca mengarahkanku pada situs Bookriot yang juga mengeluarkan tantangan baca: 2017 Read Harder Challenge. Perbedaannya, Bookriot tidaklah berfokus pada jumlah buku, melainkan kriterianya. 

Tantangannya bisa dilihat di sini

Aku putuskan untuk juga mengikuti tantangan baca dari Bookriot. Ide mereka unik dan memaksa pembaca untuk bereksplorasi pada tema-tema tertentu. Ini poin bagus bagiku yang ingin keluar dari zona nyaman. Namun, aku memodifikasi kriterianya karena ketiadaan beberapa buku sesuai tema. Aku menggabungkan kriteria dari tahun 2016 dan 2015. Tidak apa-apa, ya. Aku, kan, tidak sedang bersaing dengan siapa pun, hahaha.

Sip. Ini dia daftar bacaan Bookriot-ku dalam jangka waktu enam bulan ke depan!
  1. Buku tentang perang: Kepada Siapa Genta Berdentangan (baru akan terbit bulan Oktober)
  2. Buku tentang LGBT: Gerhana Kembar
  3. Buku tentang perjalanan: Selimut Debu
  4. Buku bertema fantasi: Semua Ikan Di Langit
  5. Buku yang terbit pada rentang tahun 1900--1950: Sengsara Membawa Nikmat
  6. Buku yang merupakan novel perdana pengarang: Cantik Itu Luka
  7. Buku yang sempat dilarang beredar: Bumi Manusia
  8. Buku tentang perjalanan spiritual: Atheis
  9. Buku yang memuat kumpulan esai: Tiada Ojek di Paris
  10. Buku sastra remaja (teenlit): Canting Cantiq
  11. Buku tentang makanan: Aruna dan Lidahnya
  12. Buku yang terbit tahun ini: Duka-Mu Abadi
  13. Buku kumpulan puisi yang tidak bertema cinta: Perjalanan Lain Menuju Bulan
  14. Buku kumpulan cerpen dari pengarang wanita: Sagra
  15. Buku yang berlatar tempat minimal 100 mil dari lokasimu: Norwegian Wood
  16. Buku yang berlatar tempat minimal 5000 mil dari lokasimu: Emma
  17. Buku yang memiliki halaman di bawah 100: The Little Prince (ada yang 89 dan 96 halaman untuk versi bahasa Inggris, tergantung bentuk buku)
  18. Buku tentang distopia: Animal Farm
  19. Buku tentang politik: Senja di Jakarta
  20. Buku drama: Hedda Gabler
Harap dicatat kalau kedua puluh buku itu berjenis fiksi. Buku-buku ini beberapa sudah kumiliki atau di iJakarta, tetapi jauh lebih banyak yang harus kucari sendiri, entah itu beli atau pinjam di perpustakaan. Semoga daftar TBR (to-be read) ini dapat kutuntaskan, ya! Phew, so many books, so little time!

Kamu ingin membaca buku apa tahun ini? ;)

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun