sumber gambar Dua hari lalu di dekat halte Pocin, aku menonton iring-iringan mobil bak mahasiswa FIB dalam rangka Karnaval Budaya. Anak kecil yang membawa plastik lewat di depanku, "Tisunya, kak?" Aku tersenyum kecil dan menolak tawarannya. Setelah mobil bak terakhir berlalu, aku menuju halte. Di sana si anak penjual tisu sedang duduk memakan permen kacamata. Hm, anak 90-an semestinya tahu permen ini. Itu lho, permen cokelat seperti M&M yang dikemas berbentuk kacamata--atau angka delapan. "Tisunya, ya, satu. Jualan sendiri aja?" "Iya, nih, kak. Soalnya aku datangnya sore." "Memangnya dari mana?" "Tadi aku sekolah dulu, kak. Aku kelas enam." "Oh ya? Eh, kamu suka pelajaran apa di sekolah?" "Mmmm, bahasa Indonesia." "Wah, serius? Kakak belajar bahasa Indonesia, lho, di kuliah. Eh, iya, beli di mana permennya? Kakak kangen, deh, permen itu. Itu permen waktu kakak kecil."