Skip to main content

Cukup gestur sederhana

sumber gambar

Betapa ketiadaan sebelumnya membuat hati kita mudah bersyukur akan hal-hal kecil. Seperti aku yang mensyukuri kehadiranmu dan hal-hal kecilmu. Gestur sederhana dan tak wah justru menarik simpatiku dengan mudahnya. Mungkin ini dipengaruhi oleh aku yang minim pengalaman, sementara kau lihai menerapkannya pada lain-lain perempuan. Suatu hal yang tak pernah mau aku korek lebih jauh, tetapi selalu aku cemaskan.

Aku berbahagia atas kejadian-kejadian sederhana
Sesederhana langkah yang kau lambatkan demi menyejajariku
Sesederhana hujan basah yang menderu kita berdua di atas motor dalam perjalanan pulang dari Bukit Bintang
Sesederhana uluran tanganmu yang tak pernah aku sambut
Sesederhana es dawet yang kita nikmati di pinggiran kampus saat caya mentari sedang terik-teriknya
 
Barangkali, bahagiaku turut disponsori oleh hadirmu. Maksudku, mungkin tak akan sebahagia itu apabila tak ada kamunya. Haha terdengar konyol, tetapi itulah. Antara kau dan aku tak pernah ada kesepakatan mengenai wujud hubungan. Kita mengalir saja bagai air. Terkadang deras, terkadang tenang. Tak ada arah dan tujuan pasti hendak bermuara ke mana. Sebabnya, kau tahu aku tak suka terikat. Sebabnya, aku tahu kau tak mau mengikat. Kita saling tahu dan menghormati prinsip masing-masing hingga akhirnya membiarkan semua berjalan tanpa tata acara.

Sampai kapan begini, aku pun hilang petunjuk, tak tahu. Namun, tak ingin aku buru-buru memastikan hal yang memancing khawatir. Begini saja cukup. Semoga kamu pun merasa cukup dan bahagia.
(*) terinspirasi dari Dby, thanks love!

Comments

  1. Waaaah ketje. Udah layak pakai domain .com ini maaah, Nad. Hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh hahahh. Kece tulisannya atau tampilannya aja? Wkwkwk. Mahal, ah, domain...

      Delete
    2. Keduanya!
      Kata temenku, domain per tahun ngga lebih mahal dari beli paket data 2 bulan hehe.

      Delete
    3. Hahaha terima kasih, lho, kak.
      Betul, biaya domain .com sekitar 13 euro pertahun. Mungkin kakak berminat?

      Omong-omong, puisi terbarumu bagus! ^^

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Bedak Tabur La Tulipe vs Revlon

Kamis, 16 Juli 2015, kuputuskan untuk mengganti bedak tabur La Tulipe-ku. Bukannya kenapa, aku curiga jerawatku yang makin menjadi ini disebabkan oleh ketidakcocokan wajahku dengan bedak tersebut. Kulit wajahku adalah kulit berminyak— lets say, very oily ! Gegara ini, aku gampang jerawatan dan sekilas wajahku terlihat kusam tanpa bedak. Oleh karena itu, bedak merupakan barang wajib yang harus ada di tas. Sejak SMP hingga SMA, aku selalu menggunakan bedak padat Pigeon rekomendasi ibuku. Semenjak kuliah aku iseng mencoba-coba bedak baru, salah satunya bedak tabur. Berdasarkan informasi yang kudapat dari berbagai beauty blogger , jenis bedak yang cocok untuk kulit berminyak adalah bedak tabur atau loose powder. Alasannya, tekstur bedak tabur tidak menghambat pori-pori seperti bedak padat. Nah, aku baru beralih ke bedak tabur setahunan lebih ini. Aku pernah mencoba produk Pigeon, Wardah, Viva, La Tulipe, dan sekarang Revlon. Postingan kali ini membahas dua merk bedak tabur, yakni ...