"Nature needs its ecologist, language needs its linguist. Endangered species need their conservationist, thus endangered languages need their language documentalist and revivalist." (Nadia Almira Sagitta)
Haha, entah bahasa Inggrisnya betul atau tidak, hanya mau menyuarakan pendapat saja. Ada yang bilang, untuk apa menyelamatkan bahasa daerah (bahasa minor), toh kepunahan bahasa itu alami. Well, same goes with, "Why do we have to preserve endangered species? Their extinction is a natural process, anyway." Nyatanya, kan, kita tetap bekerja keras untuk menyelamatkan suatu ekosistem karena ada value atau nilai yang terkandung di dalamnya. Tentu saja hal yang sama berlaku pada bahasa. Tiap bahasa punya nilai, punya kearifan lokal, punya keindahan.
Keindahan. The diversity of beauty, beauty is diverse. Pernah dengar kalimat itu, kan? Bukankah memang indah kalau kita hidup dikelilingi oleh keragaman? Keragaman budaya, keragaman bahasa, dan keragaman pikiran? Jadi ya, jika memang masih ada upaya untuk mempertahankan keragaman itu, mengapa tidak kita lakukan selagi orang-orang yang peduli masih ada. :)
Supaya kamu satu frekuensi denganku, baiknya kamu baca ini dulu. Ini artikel yang memicu aku menulis status ini, hahaha. Kesambet apa, sih, kamu Nad pagi-pagi semangat bercerita tentang kepunahan? (Ya mending, kan, daripada aku cerita soal kepunahan perasaan, tsa-e-lah)
http://www.bbc.com/earth/story/20150715-why-save-an-endangered-species
Salam,
Nadia Almira Sagitta
Comments
Post a Comment