sumber gambar |
Ada masanya ketika kau tidak ingin berada di suatu tempat sebab tidak ada lagi kenyamanan yang engkau dapatkan di sana. Tidak di lingkungan terkecil dalam tingkatan sosial itu, tidak di mana-mana. Ada masanya ketika engkau ingin bertindak egois dan sekali saja tidak memikirkan orang lain sebab engkau sudah terlalu jenuh dan lelah untuk menaruh perhatian. Ada kalanya engkau ingin membawa diri berlari jauh, jauh sekali, dan tak menengok kembali. Istilah pulang tergantikan sesuatu yang lain, menjelma tempat lain. Lalu kau dengar seruan dari kejauhan memanggil-manggil, tetapi kau bersikeras abaikan karena sesungguhnya tak ada lagi apa-apa tertinggal di sana. Ada kalanya engkau ingin menderaskan air mata karena sudah terlalu puncak kekesalan hati, tetapi air mata justru tertahan hingga sesak dada dan kau tak tahu harus berbuat apa.
Kau lalu mempertanyakan, lantas siapa yang sesayang itu padamu? Bukankah rasa sayang itu ditunjukkan lewat perangai lembut dan tindakan serupa? Omong kosong apabila ada yang mengatakan kasih sayang itu dapat berbentuk segala rupa, bahkan amarah juga bisa perlambang sayang. Jika seperti itu, bukankah ketenangan hatilah yang menguasai hari-hari? Nyatanya resah. Resah berkepanjangan yang menunggu waktu untuk meledak saja. Jadi siapakah dia?
Kau butuh seorang pendengar profesional, kau tahu itu, sebelum suara-suara mengambil alih dirimu. Tetapi apa dan bagaimana? Allah saja, bisik seseorang. Kau juga tahu itu, selalu tahu, tetapi masih gagal dalam benar-benar percaya.
...berada dalam emosi yang entah...
but remember, somewhere out there,
someone loves you.
someone cares about you.
Comments
Post a Comment