Judul: Di Tanah Lada
Penulis: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 240
Dikisahkan perkawanan Ava dan P, seorang gadis kecil dan tuan cilik. Merasa cocok, mereka pun berteman tak terpisahkan. Seperti pasangan sehati, mereka tak ingin kehilangan. Ah, terlalu muda jika aku menyebutnya kekasih. Akan tetapi, dialog-dialog mereka memang memancing gemas sehingga pembaca lupa ini adalah percakapan antara anak berusia enam dan sepuluh tahun!
"Tapi, kan, kamu mau jadi kakek, ya?"
"Iya, sih. Tapi malas juga jadi kakek kalau nggak ada neneknya. Kamu jadi nenek, dong."
"Boleh, deh, kalau begitu, aku jadi nenek. Tapi kita harus tua dulu, ya?"
"Iya. Masih lama, nih. Jadi kakek sama nenek, tuh, umurnya harus 100 tahun dulu."
"Boleh, deh, kalau begitu, aku jadi nenek. Tapi kita harus tua dulu, ya?"
"Iya. Masih lama, nih. Jadi kakek sama nenek, tuh, umurnya harus 100 tahun dulu."
Duh, rasanya aku sedang membaca gombalan receh yang menggemaskan, hahaha! Omong-omong, mereka bukannya sedang main keluarga-keluargaan, ya. Oya, ada satu lagi kutipan yang membekas padaku.
"Papaku jahat, sih. Sudah biasa."
"Oh, ya? Papaku juga jahat, kok. Mungkin semua papa memang jahat."
"Oh, ya? Papaku juga jahat, kok. Mungkin semua papa memang jahat."
Lihat? Ini kesimpulan sederhana yang ditarik anak kecil dari kejadian yang ditangkapnya sehari-hari. Dari buku ini kita belajar bagaimana memberikan kesan yang baik untuk anak sebab kesan buruk akan terus membekas di hati sang anak. Oh, dear, calon orang tua...
Ava dan P digambarkan seperti anak kecil yang terlalu lekas dewasa. Pikiran mereka bijak, penuh pertimbangan, dan tak lazim untuk anak-anak seumuran mereka. Kehidupanlah yang membentuk pola pikir seperti itu. Di akhir cerita, ada satu tokoh yang mengingatkan mereka untuk kembali ke kodrat mereka, yaitu anak kecil. Anak-anak harus polos, tidak skeptis pada kehidupan, dan hidup tanpa rasa takut yang membayangi.
Buku ini super. Sederhana, tetapi penuh pesan yang tidak menggurui sebab dituturkan dari sudut pandang seorang Ava. Keunikan buku ini adalah adanya makna-makna kata yang dicomot Ava dari kamus bahasa Indonesia. Diceritakan bahwa Ava merupakan penggemar kamus. (Wah, jika besar nanti, dia bisa jadi seorang leksikograf!) Tampaknya si pengarang senang mencari makna kata. Keberadaan definisi kata itu sama sekali tidak mengganggu, malah menjadi daya tarik novel ini, bagiku.
Kisah Ava dan P dapat kamu baca di iJakarta. Stok bukunya banyak, kamu tak perlu mengantre. Ah ya, selamat hari anak sedunia! Kebetulan sekali aku membaca buku tentang anak hari ini. Kalau kamu, sedang membaca buku apa?
Salam,
Nadia Almira Sagitta
Nadia Almira Sagitta
Comments
Post a Comment