Di pesawat tadi, aku duduk tepat di samping jendela. 44K. Dua orang di sampingku adalah sepasang suami istri plus balita di pangkuan sang ibu. Apa yang kau rasakan bila kau menjadi aku? Baper? Iye. Bukan sepenuhnya baper nikah, lho, ya, (Oke, aku ngaku baper karena hal ini juga) melainkan kangen keluargaku. Dua tahun lalu. Itu kali terakhir aku naik pesawat bareng keluarga. Ada Fira dan Bunda yang mengisi posisi dua kursi di sampingku, sementara Ayah duduk di kursi sebelah. Ini penerbangan sendirian kesekian kaliku. Saat pesawat masih menunggu giliran untuk lepas landas, tak kupungkiri aku mengucurkan air mata begitu deras. Tangis yang sama saat magku kambuh di atas pesawat pulangku dari New York. Kala itu aku sendirian dan tak ada yang bisa kumintai pertolongan. Kini, aku pun sendirian dan duduk di samping sejoli yang berbahagia dengan jantung hati mereka. Ya Allah... sudah cukuplah Kau terbitkan rasa rinduku.
Lagu yang diputar di pesawat juga fiks bikin baper. "Serahkanlah hidup dan matimu. Serahkan pada Allah..." Yeuh, aku langsung kepikiran kalau inilah perjalanan terakhirku. Hiks, takut banget kenapa-napa di pesawat. Saking takutnya, aku nangis lagi. Iyalah, kalau ada apa-apa aku bakal sendirian menanggung kepanikan. Ibaratnya, mati sendirian tanpa keluarga. Alhamdulillah, penerbangan tadi lancar jaya walaupun pesawat sedikit diombang-ambingkan angin.
Tangisku tadi niat betul. Wkwkwkw. TvT
Cheers,
Nadia Almira Sagitta
Comments
Post a Comment