Liburanku ke Medan sungguh singkat sekali. Tak terasa besok daku harus kembali ke tanah rantau. Kembali menghadapi kewajiban yang belum tuntas. Dalam liburan dua belas hari ini, aku tak mengunjungi banyak tempat seperti tahun lalu. Aku bahkan tak ke Galeri Rahmat--museum margasatwa yang rutin kukunjungi tiap ke sini.
Hal yang berbeda dari liburan tahun-tahun lalu adalah fokusku. Bila kemarin fokusku ke tempat wisata, kali ini aku berfokus kepada pengenalan keluarga. Bukan, bukan dua keluarga. Perjalanan ke sana masih jauuuuuh. :v
Aku mulai mengenal hubungan kerabat uwo, nenek, om, dan tante yang kukunjungi. Setidaknya, aku tahu ada keluargaku di Jabodetabek dan sekitaran Sumatera. Setidaknya, aku tahu rumah gadang keluarga nenekku dahulu benar-benar gadang. Setidaknya, aku tahu penggunaan panggilan mak tuo, pak tuo, om, dan tante. Setidaknya, aku tahu sistem kekerabatan orang Minang benar-benar erat, dimulai dari satu kampung, satu rumah gadang, satu mamak, dan lain-lain. Setidaknya, aku tahu aku punya marga Minang. Wah, banyak sekali hal yang bisa kupelajari. Not to mention, aku belajar dekat dengan anak-anak.
Ah, tetapi targetku tak tercapai, nih. Belajar masak. Boro-boro masak, aku ngerepotin orang aja bisanya. Wakaka, inilah anak kuliahan. Terbebas dari tanah rantau, inginnya bermalas-malasan sepanjang hari. Maunya dimanja. Maunya jalan-jalan. Waduh, maaf kepada om dan tante yang merasa direpotin. Nggak, kan? Aku, kan, hiburan. :p
Hal yang berbeda dari liburan tahun-tahun lalu adalah fokusku. Bila kemarin fokusku ke tempat wisata, kali ini aku berfokus kepada pengenalan keluarga. Bukan, bukan dua keluarga. Perjalanan ke sana masih jauuuuuh. :v
Aku mulai mengenal hubungan kerabat uwo, nenek, om, dan tante yang kukunjungi. Setidaknya, aku tahu ada keluargaku di Jabodetabek dan sekitaran Sumatera. Setidaknya, aku tahu rumah gadang keluarga nenekku dahulu benar-benar gadang. Setidaknya, aku tahu penggunaan panggilan mak tuo, pak tuo, om, dan tante. Setidaknya, aku tahu sistem kekerabatan orang Minang benar-benar erat, dimulai dari satu kampung, satu rumah gadang, satu mamak, dan lain-lain. Setidaknya, aku tahu aku punya marga Minang. Wah, banyak sekali hal yang bisa kupelajari. Not to mention, aku belajar dekat dengan anak-anak.
Ah, tetapi targetku tak tercapai, nih. Belajar masak. Boro-boro masak, aku ngerepotin orang aja bisanya. Wakaka, inilah anak kuliahan. Terbebas dari tanah rantau, inginnya bermalas-malasan sepanjang hari. Maunya dimanja. Maunya jalan-jalan. Waduh, maaf kepada om dan tante yang merasa direpotin. Nggak, kan? Aku, kan, hiburan. :p
Terima kasih, Nenek, Om, Tante, dan krucil-krucilku. Makasih udah ngajak Nad nostalgia ke Es Krim Ria, nraktir Martabak Mesir, nemenin ke Istana Maimun dan Masjid Raya, ngebeliin kerudung, nraktir makan siang sekaligus nemenin jalan-jalan di Centre Point, ngenalin aku ke Ummi Ihsan (si penulis buku itu), ngeboyong aku ke Lippo Plaza untuk makan es krim Fountain dan berfoto-foto, ngebeliin air tebu, nyuguhin masakan kesukaanku serupa rendang dan roti jala, ngajarin aku main sepak bola di PS 2, nraktir roti tisu, ngasih pengalaman salat Id yang super-terlambat (haha!), nanyain perihal jodoh (yang akhirnya buat aku kepancing dengan menceritakan kamu), ngasih angpau lebaran, serta utama dan terutama: terima kasih sudah mengajakku silaturahmi ke keluarga besar kita. ♡
Inilah dua belas hari yang mengesankan. Semoga lebaran tahun depan kita semua bisa berjumpa lagi. InsyaaAllah, kali ini akan kuajak serta Ayah, Bunda, dan Fira bersama! Semoga mereka mau. :)
Inilah dua belas hari yang mengesankan. Semoga lebaran tahun depan kita semua bisa berjumpa lagi. InsyaaAllah, kali ini akan kuajak serta Ayah, Bunda, dan Fira bersama! Semoga mereka mau. :)
wah iya pasti pulang-pulang makin item ini yang ditakutin cewek2
ReplyDelete