Sepupuku, Rafa, sedang asyik bermain PS 2. Permainannya sepak bola.
N: Hei, kakak mau coba main, dong.
R: Nih pakai punya si Arqan, kak.
N: Kakak yang mana ini? Merah semua kausnya. Akak nggak bisa bedain.
R: Kakak yang merah polos.
N: Yang mana? Tak nampak bedanya. Ganti pemainlah.
R: Oke. Jadi kakak mau yang mana?
N: Apa aja asal jangan warna merah. Hm...yang ini, deh.
N: Bang, cemana maininnya? Terus, gawang akak yang mana?
R: Lari-lari ajalah, kak.
Hahaha, tentu tak mungkin lari-lari saja. Arqan menghampiri kami dan begitu saja merebut stik PS 2 dari tanganku.
R: Dek, kak Nadia baru main.
N: Biarlah, Bang. Akak lihat dulu aja.
R: Janganlah, kak. Nanti dia menang. Jago kali dia.
N: (dalam hati) Oh gitu, jadi kamu mau bertanding denganku karena aku belum jago. Hahaha iya juga, sih.
Kuperhatikan mereka sibuk menarikan jemarinya di atas tombol-tombol stik.
N: Dek, yang X buat apa?
R: Oper, kak.
N: Terus itu gimana tuh bikin jatuh orang?
A: Tekan yang bulat, kak.
A: Kalau yang petak buat ngegolin, kak.
N: Lah, beda ya? Kenapa ga tekan X aja?
R: Bedalah, kaaaak.
N: Oh oke. Kalau R1 itu buat apa? Ditekan mulu berulang kali.
R: Supaya lari kami cepat, kak.
N: Oke, oke.
Nol besar. Aku tak tahu apa-apa perihal bola. Hahahaha.
Cheers,
Nadia Almira Sagitta
Comments
Post a Comment