"Kak, baca apa?"
"Ini baca buku."
"Di situ aja bacanya. Belum siap, kak?"
"Belumlah. Pelan-pelan aja bacanya."
"Kalau papa, sekejap aja selesai satu ini (halaman). Empat detik aja udah siap."
"Gitu? Wah, jago kali papamu, ya."
"Iya. Kak, ini bacanya apa?"
"Aku bertahan bertahun-tahun."
"Aku, kak? Tak bolehlah bilang aku."
"Jadi apa, dong?"
"Saya. Cari yang lain, lah, kak."
"Cem mana, lah. Buku kakak, kan, cuma satu."
"Maksud adek yang ini, lah." kata dia sambil membalik halamanku.
"Nah, yang ini bacanya apa?" tunjuknya kemudian.
"Ada kaunya, tuh. Boleh tak kita bilang kau?"
"Tak boleh, kak."
"Kalau kamu?"
"Sama aja. Tak patut."
"Jadi bagaimana? Aku, kan, pasangannya kau atau kamu. Gue pasangannya elo. Kalau saya pasangannya siapa?"
"Mmm...cinta!"
"Wahahha, tahu dari mana pula adek sama cinta?"
"Iyalah, kakak cinta sama sahabat kakak." aku terdiam. Ini anak ada-ada saja.
"Waduh, nggak, tuh. Cinta itu kayak papa sama mama."
"Iya. Dipacarin, kan."
"Papa-mama mah nikah, dek. Bukan pacaran lagi. Hadeuh."
"Hehehe." lalu dia ngacir keluar kamar.
Percakapan siang hari dengan anak umur lima tahun.
Cheers,
Nadia Almira Sagitta
Comments
Post a Comment