Skip to main content

Catatan Harian Pengantin

Unfollow aja apa, ya? Haha. T.T
Sudah, sudah. Mendingan juga lihat foto di bawah ini.
Kyaaa, Mbak Fitri Aulia tidak pernah gagal membuatku terkagum-kagum dengan hasil rancangannya!
Jago, jagooo. ♡
Nah itu, muslimah berprestasi
Kamu juga kan, Nad? :)

Anyway, jadi mikirin pernikahan. Eh salah, pesta pernikahan. Iya, aku mau pesta doang. Mau banget jadi ratu sehari
Cantik
Pakai gaun
Duduk di singgasana
Semua mata tertuju padaku
#ahelah Emangnya iklan?

Tapi malu banget nggak sih kalau cantik-cantik gitu terus banyak yang ngelihatin? Suka, deh, sama konsep pernikahan syar'i yang tamu pria dan wanitanya dipisah. Pernah, tuh, aku datang ke pesta pernikahan yang seperti itu. Pesta nikahan sepupu jauh. Dekorasi gedungnya cantik aneeet, apalagi dianya. Dia yang selama ini pakai kerudung sampai paha dan satu set gamis kali itu pakai kerudung panjang yang disampirkan ke belakang. Ala-ala Barat gitu deh, tetapi nggak sampai menyentuh lantai. Pakai make up juga. Manis bangetlah! ♡ Nah, dia berani tampil habis-habisan di pesta pernikahannya karena tamu pria dan wanitanya dipisah. It means, yang bisa melihat dia hari itu hanya keluarga dan tamu-tamu perempuan saja. Lantas, siapa yang duduk di panggung? Kedua ibunya. Ibu kandung dan ibu mertua. Wkwkwk.

Mempelai prianya ada di ruangan sebelah. Kami bisa melihatnya di layar televisi yang dipasang di ruangan tamu perempuan. Lucu deh, ya. Pas akad, sepupuku itu memandangi layar teruuus. Ketika ucapan SAH menggema, dia nangis! Beneran nangis. Kedua ibunya lantas menenangkan sepupuku itu. Syahdu bangetlah. (ikutan nangis) (ambil tisu) Setelah itu, sepupuku masuk ke ruangan tengah. Ternyata ada ruangan lagi di antara dua ruang tamu. Di sana, ia berjumpa dengan suaminya untuk pertama kali (napas, Nad, napas!). Habis itu resepsi, deh. Naaaah, sebenarnya aku pengin konsep pernikahan yang seperti itu. Sayangnya, aku tak mau jauh-jauh dari pasangan sehidup sematiku. Maunya duduk berdampingan di panggung. Terus, magical things happen! (apaan dah) Tsaelaaah. Nggak tahu, deh, pengin aja gitu ngelihat dia lama-lama, terus tersipu sendiri, terus jadi wanita paling bahagia di dunia. Wakakaka, oke stop khayalannya. Jadi, awalnya saya mau konsep resepsi yang dipisah, tetapi karena mesti berjauhan dengan suami maka rencana itu gagal. Lagipula orang tuaku tidak menginginkan konsep pernikahan yang seperti itu. Lebay, katanya. Wkwkw. Ya sudahlah. Kita optimalkan apa yang bisa dioptimalkan.

Aduh, ini apaan, dah. Berasa catatan harian pengantin. Padahal mah khayalan iseng doang. (/.\) Balik lagi ke gaun. Iya, saya tergila-gila sama gaun Fitri Aulia ini! Gaun rancangannya Irna La Perle juga stunning! Temanku hanya bisa berdecak melihat hobiku mengoleksi foto-foto gaun nikah beserta dekorasinya. Kata mereka, "Nyewa aja sih, Nad. Ngapain beli. Dipakai sekali doang ini." Yaaaah, kalau bisa beli kenapa harus sewa? (kalau bisa, ya) Lagian, maksudku membeli gaun agar suatu waktu gaun itu bisa kukenakan lagi di rumah atau bikin foto pospernikahan sekali lagi. Sumpah ya, aku pengin banget belajar dansa supaya bisa seperti putri-putri Disney dan pangerannya itu. Habis itu...kami berdansa di rumah (wah, mesti punya ruangan luas ini) lengkap dengan gaun untukku dan jas untuk...dia. Kan romantis, ya? ♡♡♡ Kilas balik memori itu penting banget di pernikahan yang sudah berjalan bertahun-tahun. Supaya balik sweet lagi. (sok tahu, baca teori dari mana kamu?) Kyaaaa, plis sadarkan aku bahwa dunia ini bukanlah fairytale! Kurasa aku harus mencari orang yang rasional dan logis supaya dia bisa menarikku kembali ke dunia nyata ketika aku keasyikan bermimpi.


Syududu~
Sudah dulu, ya. Malu. Hahaha.
>~<

KIVITZ

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaa

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.