Skip to main content

New Romantics

'Cause, baby, I could build a castle
Out of all the bricks they threw at me
And every day is like a battle
But every night with us is like a dream

Baby, we're the new romantics
Come on, come along with me
Heart break is the national anthem
We sing it proudly
We are too busy dancing
To get knocked off our feet
Baby, we're the new romantics
The best people in life are free

Kalau boleh dibilang, ini lagu nasional orang-orang patah hati. Do not take relationship too seriously because we're still young and free! Taylor Swift mengalami banyak perubahan beberapa tahun belakangan. Dulu lagu-lagunya menceritakan kisah yang manis. Lihat saja album Fearless dan Speak Now. Wah, penuh lagu cinta yang berbunga-bunga. Love Story, Enchanted, You Belong With Me, Forever and Always, Mine, dan Sparks Fly. Album Red berisi tentang cinta merah membara sekaligus menoreh luka. Banyak lagu patah hati dan sedih di album Red. Hal itu mungkin dipengaruhi kabar putusnya ia dengan Harry Styles. We Are Never Ever Getting Back Together, I Knew You Were Trouble, All Too Well, dan I Almost Do sudah cukup menggambarkan keseluruhan tema album ini. Albumnya yang terakhir bercerita tentang proses move on. Lagunya galak. Nadanya juga upbeat banget. 1989 sangat berbeda dengan ciri country yang selama ini melekat pada Taylor Swift. Yea, cinta bisa mengubah orang. Apalagi kalau hatinya dibuat patah. Hahaha, aku jadi ingat suaraku mendadak lantang gegara patah hati saat SMP. Guru sejarah SMP-ku sering meminta kami membacakan isi teks buku. Satu ketika, aku baru tahu orang yang kutaksir tiba-tiba pacaran dengan orang lain. Masalahnya, he knew my feeling towards him. Memalukan, nggak? Iya, dong. Beberapa hari setelah itu, Bu Nur memintaku membaca. Kelas hening. Aku membaca dengan lantang. Seolah-olah marah. Entah marah kepada siapa. Yang kupikirkan saat itu hanya, "Aku nggak mau terlihat patah hati. I'm strong enough." Begitulah. Aku juga sempat berubah galak pada laki-laki.

Sayang, sejak SMA, pertahananku runtuh hingga hari ini. Dulu aku termasuk orang yang tegar. Jarang nangis karena gengsi. Kalau ada film atau bacaan tentang cinta atau orang tua, aku tidak menangis. Konyol saja, menurutku. Kusangka teman-temanku mengira hatiku terbuat dari batu. Akan tetapi sejak SMA dan kumengenal cinta (lagi), pribadiku berubah sepenuhnya. Aku jadi sensitif dan mudah menangis. Mungkin ini akumulasi dari air mata yang bertahun-tahun kutahan. 

We're so young but we're on the road to ruin
We play dumb but we know exactly what we're doing
We cry tears of mascara in the bathroom
Honey, life is just a classroom

Life is just a classroom, hon. Every love is a lesson. Patah hati tidak lantas menjadikan bumi berhenti berputar, kan? Yuk, semangat lagi! :)))

Luv,
Nadia Almira Sagitta

sumber gambar

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun