Skip to main content

Perjalanan 29 Juni 2015

Tak seperti biasanya, pukul 05.00 aku sudah mandi dan rapi. Ada alasannya, tentu saja. Aku harus mengejar shuttle bus Lippo Karawaci tujuan F(x) yang berangkat pukul 06.00. Aku ada kegiatan relawan pukul 09.00 di UI jadi mesti berangkat sepagi itu untuk melawan kemacetan Jakarta. Huhu, namun ternyata aku tidak cukup pagi. Masih saja terjebak kemacetan di Tomang. Parah banget tol Tomang, penuh selalu. Meskipun demikian, aku sampai tepat waktu. Malah teman-teman sesama relawan yang terlambat. Aku, Evi, Ninda, dan Hanung menjadi relawan pelajar bahasa isyarat hari ini. Kami diajari bahasa isyarat Indonesia dari pukul 09.00--16.00. Beberapa dari kami sudah mengambil kelas Bisindo tiga semester lalu, tetapi level kelas ini lebih advance rupanya. Bayangkan saja berapa kosakata yang kami pelajari seharian ini! Wkwk, otakku sampai panas. Para pengajar kami murah senyum juga ramah. Senang! Makin senang karena dapat honor, hahahha tidak kusangka. ♡

Oh ya, hari ini merupakan waktu terakhir pengunggahan nilai oleh para dosen. Dag-dig-dug kubuka SIAK karena tidak yakin dengan hasil semester ini. Aku malah tak terlalu mendapat feel berkuliah di semester enam. Dosen killer dan tugas menumpuk. Banyak yang kukerjakan asal jadi. Siklus tidur pun kacau karena begadang. Eh, tak dinyana IP semester ini adalah IP tertinggiku selama berkuliah! Malah sesuai dengan target yang kucanangkan beberapa semester lalu. MasyaaAllah, alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa!

Waktu masih menunjukkan pukul 16.00 lewat. Aku punya janji bukber di SS Margonda. Kalau pulang sekarang, tanggung sekali. Kuputuskan saja menuju Kober bersama Evi. Di belakang stasiun UI, aku tergoda melihat jam yang kutaksir beberapa bulan belakangan. Hm, I have to treat myself, right? Iyalah, aku sudah mempersembahkan nilai terbaik untuk diriku sendiri dan orang tuaku. Hahaha, akhirnya kubeli juga jam itu.

Setelah itu aku berencana booking tempat di SS, tetapi angkotku kelewatan jauh sekali. Sejujurnya, aku tak tahu pasti letak Warung Spesial Sambal yang dimaksud temanku. Aku turun di seberang Total Buah. Mau beli rolled oats demi mempraktikkan resep overnight oats TDG. Sama seperti kunjungan pertama, aku tak bisa sebentar di TB. Kutelusuri rak-rak sambil mencatat dalam hati akan membeli apa saja di kunjungan selanjutnya. Aku membeli rolled oats, stroberi (awalnya, sih, mau blueberry), dua plain yoghurt, dan susu kental manis. Mau bikin macam-macam. Tenang saja, nanti aku ceritakan kudapan bikinanku di postingan selanjutnya.

Setelah dari TB, aku menuju Detos. Aku duduk manis beristirahat (belanjaan dan tasku berat) sembari menghubungi kawan-kawanku. Ternyata mereka sedang bersiap-siap di kosan salah seorang kawan. Apa yang harus kulakukan untuk membunuh waktu? Tentu saja ke toko buku! Itu tempat favoritku di setiap mal. TM Bookstore, here I come! Buku Ayah karangan Andrea Hirata terpampang manis di rak terdepan. Novel ini baru terbit tahun 2015. Seketika aku mengingat Ayah, hmm saat Father's Day aku tak memberinya apa-apa. Tanpa banyak pikir, aku memboyong buku itu ke meja kasir. Honor kegiatan tadi sudah habis kubelanjakan dan kali ini kupakai sangu dari tanteku. Wkwkwk, anggap saja aku sedang merayakan kesuksesan. Wajar saja kalau aku belanja. Pemikiran shopaholic banget, ya? Hahaha. Ketika aku menyerahkan buku tersebut ke bagian penyampulan, tatapanku tertumbuk pada poster PRE ORDER NOVEL DILAN II PIDI BAIQ. (Belum tahu novel Dilan? Baca pendapatku di blog ini) Oh my God, I have to buy that book! Seperti yang bisa kau duga, aku kembali ke kasir dan mendaftarkan namaku sebagai pemesan novel Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1991

Setelah mendapatkan apa yang kucari, aku segera angkat kaki dari Detos sebelum tergoda dengan barang-barang lain. Menuju SS, yuhuuu! Sesampainya di sana, tak kutemukan kawan-kawanku di antara jejalan pengunjung lain. Ckck, warung satu ini penuh sekali. Ddrrt, ddrtt. "Nad, kita pindah ke Richeese, ya. SS penuh." Woalah, mereka pindah ternyata. Aku pun menyusul mereka yang sudah duduk cantik di lantai 2 Richeese Factory. Aku baru pertama kali ke sini. Kukira RF menjual makanan cepat saji rasa keju, nyatanya sama saja dengan KFC, McD, dan sebagainya itu. Jualan ayam! Wkwkwk. Kejunya malah dijadikan saus. Minuman yang dijual di RF bukanlah soda seperti dua tempat yang kusebutkan sebelumnya, melainkan Fruitarian dan Pink Lava. Fruitarian seperti teh rasa buah, sementara Pink Lava mirip susu stroberi. Keduanya terlalu manis dan tidak cocok disandingkan dengan nasi ayam. Those beverages don't quench your thirst. -,-

Aku, Ati, Nisa, dan Devi ganti-gantian bercerita. Ada yang naksir dengan tokoh anime, ada yang bercerita perihal kisah-kasihnya yang terancam mandek karena saudari tertua belum menemukan jodoh, ada yang berulang kali istikharah demi mendapatkan jawaban atas kegamangan perasaan, ada pula yang menimpali tiga cerita itu sebisanya sambil sedikit menyelipkan curhatannya. Hahaha, cerita cinta memang tiada habisnya. ♡

Waktu menunjukkan pukul 20.00 dan kami pun pulang. Sesampainya di kosanku istanaku, aku langsung tepar. Lelah sekali hari ini. Lama di perjalanan, belajar sesiangan, bolak-balik pusat perbelanjaan, menjinjing tentengan yang tak ringan, dan bercengkrama bersama kawan. Meskipun demikian, aku begitu bahagia hari ini. Makasih ya Allah. ♡

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun