Skip to main content

Tergantung

Beberapa hari lalu kudapati satu lagu menyelinap masuk ke pemutar musikku. Lagu CJR. Wuahahaha, kaget! Aku nggak pernah mengunduh lagu-lagu mereka. Tebersit rasa ingin menggerakan jempol 'tuk menekan tombol hapus, tetapi akhirnya kubiarkan saja lagu itu mengalun.

...
...
...

Katakan aku anak alay atau apa, for being CJR listener, I admit that I like this song. Judulnya "Lebih Baik". (Ah, lain kali aku tak boleh menghakimi kealayan suatu grup musik hanya dari gaya!)

Tiada kata yang dapat kuucap
Saat kau pergi
Ku hanya diam menatap langkahmu
Meninggalkan kita

Perpisahan akan terus menghantui hidup ini, bukan?
Entah kau, entah aku yang mengucap salam perpisahan lebih dulu
Perpisahan selalu menyisakan tatapan nanar
Menyimpan selaksa makna yang tak kuasa
Diwujudkan dalam bahasa
Bisa jadi aku terlihat tegar dan baik-baik saja
Di hadapanmu
Tetapi kau tak pernah tahu
Tangisku membuncah sesaat setelah kau beranjak memunggungiku

Walau kita tidak lagi berlari bersama lagi
Tetapi doaku ini selalu untukmu
Sampai suatu hari nanti
Kita 'kan bersama lagi
Berbagi cerita terbaik dari hidup ini

Jarak dan waktu membuat semuanya tak lagi sama
Kesibukan merenggutmu perlahan dari duniaku
Kita tak lagi bisa seperti ini
Entah kau yang mulai menjaga jarak
Entah aku yang terlalu takut mengganggu
Kita--yang tak pernah menjelma kita--
Berangsur lenyap dari angan-angan
Kembali sibuk dengan hidup masing-masing
Masa bodoh dengan kisah dari negeri seberang
Kita menata hati, mengisi jiwa, dan menjalani cita
Sendiri-sendiri
Sampai suatu ketika
Waktu membawamu kembali ke hadapanku
Bersama senyum ceria yang kau tampakkan
Kau angsurkan secarik undangan
...pernikahan
Hilang sudah engkau dari genggaman
Hilang sudah kesempatan bertukar cerita
Pupus sudah segala pergantunganku padamu
Pupus sudah harap serta mimpi yang ingin kubangun
Bersama kamu

***

Aku tak pernah tahu bagaimana akhirnya
Apa aku menikah lebih dahulu
Apa kamu menikah terlebih dahulu
Apa kita bersama-sama mengukir janji setia

Yang benar kutahu, perpisahan tegak di hadapan
Besok, bulan depan, atau tahun depan
Kau 'kan sirna dari pandangan
Tinggallah aku sendiri bersama kenangan
Juga mimpi yang entah kapan dapat diwujudkan

Siap atau tidak,
Pertemuan selalu bersinggungan dengan perpisahan
Siap atau tidak,
Pernikahan memutus segala pertemanan
Yang sempat dekat menjadi sekat

***

(Kubiarkan bait-bait ini tergantung seperti itu. Sama seperti hatiku yang terombang-ambing tak tentu)

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun